Senin, 21 November 2011

BAB 1. PENDAHULUAN

Karang ditemukan mulai dari perairan es di Artik dan
Antartika, hingga ke perairan tropis yang jernih. Namun,
terumbu karang dengan dinding megahnya dan rangka batu
kapur yang sangat besar, hanya ditemukan di sebagian kecil
perairan sekitar khatulistiwa. Dalam jalur tropis ini, faktor biologi,
kimiawi dan iklim mencapai keseimbangan yang dibutuhkan
untuk kelangsungan hidup karang pembentuk terumbu.
Karang pembentuk terumbu tumbuh dengan subur dalam
keseimbangan ini, menciptakan suatu ekosistem yang paling
produktif dan beragam di dunia. Asia Tenggara merupakan
jantung keanekaragaman yang luar biasa ini, dengan memiliki
lebih dari 77% dari sekitar 800 jenis karang pembentuk
terumbu yang telah dideskripsikan oleh para peneliti.
Manusia telah hidup berdampingan dengan ekosistem
terumbu karang di Asia Tenggara selama ribuan tahun. Dengan
lebih dari 350 juta orang yang tinggal dalam wilayah 0 - 50 km
dari pantai,terumbu karang menjadi penting tidak hanya
dalam budaya masyarakat lokal, tetapi juga penting sekali
untuk kesehatan ekonomi negara-negara tersebut. Perikanan
karang khususnya, merupakan sumber yang vital untuk
makanan dan pekerjaan. Perikanan yang ditujukan untuk
perdagangan ikan konsumsi hidup, perdagangan ikan hias, dan
nafkah hidup masyarakat lokal menghasilkan milyaran dolar AS
setiap tahunnya. Total keuntungan bersih perikanan karang per
tahun di seluruh Asia Tenggara diperkirakan 2,4 milyar dolar
AS per tahun.
Sebagai tambahan di bidang perikanan, terumbu karang
memberikan banyak nilai jasa lainnya yang luar biasa.
Keindahannya menarik jutaan wisatawan dari seluruh dunia
setiap tahunnya. Karang sendiri mempunyai nilai yang belum
dapat diungkapkan sebagai bahan biokimia untuk farmasi dan
produk-produk lainnya. Terumbu karang juga mendukung
pertumbuhan mangrove dan lamun, menyediakan habitat
tempat berlindung yang sangat penting untuk keragaman jenis
biota laut dan mencegah terjadinya erosi pantai. Terumbu
karang di Selat Malaka saja mempunyai nilai ekonomi sebesar
563 juta dolar AS dari pariwisata, perlindungan garis pantai,
sumberdaya perikanan, dan potensi penelitiannya.
Meskipun nilainya sangat tinggi, terumbu karang di Asia
Tenggara dan di seluruh permukaan bumi menghadapi ancaman
dari aktivitas manusia dengan tingkat yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Meledaknya populasi penduduk 50 tahun terakhir
ini mendorong munculnya tekanan-tekanan dan peningkatan
kebutuhan yang sangat tinggi akan sumberdaya yang berasal dari

APAKAH TERUMBU KARANG ITU?
Sejak beberapa abad yang lalu dan bahkan sampai sekarang, karang dianggap batu atau tumbuhan walaupun sesungguhnya mereka adalah
hewan. Dalam bentuk yang paling sederhana, karang hanya bisa terdiri dari sebuah polip yang mempunyai bentuk seperti tabung dengan
mulut di bagian atas yang dikelilingi oleh tentakel. Pada beberapa jenis karang, individu polip ini mempunyai bentuk banyak, kembar identik
yang tersusun rapat membentuk formasi yang disebut koloni.
Walaupun semua spesies karang dapat menggunakan sengatan tentakel untuk menangkap mangsanya, kebanyakan proporsi terbesar
makanan karang tropis berasal dari simbiosis yang unik. Di dalam jaringan karang, hidup ribuan alga mikroskopik yang disebut zooxanthellae,
yang menghasilkan energi langsung dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Karang dapat memperoleh banyak energi dan kebutuhan
oksigen langsung dari zooxanthellae. Sebaliknya, alga memperoleh tempat berlindung dari pemangsa dan memakai karbon dioksida yang
dihasilkan karang dari proses metabolismenya. Asosiasi yang erat ini sangat efisien, sehingga karang dapat bertahan hidup bahkan di
perairan yang miskin zat hara. Keberhasilan hubungan ini dapat dilihat dari besarnya keragaman dan usia karang yang sudah sangat tua,
yang berevolusi pertama kali lebih dari 200 juta tahun yang lalu.
Banyak karang mempunyai beberapa bentuk rangka untuk menyokong badan mereka yang sederhana. Karang lunak dan karang kipas
mempunyai rangka yang terbuat dari protein. Namun, karang pembentuk terumbu mempunyai kerangka dari kalsium karbonat atau batu
kapur. Karang-karang ini kebanyakan berasal dari kelompok scleractinia dan kadang dikenal sebagai hermatipik atau pembentuk terumbu.
Kini, hampir 800 jenis karang yang tergolong kelompok scleractinia telah dideskripsikan. Beberapa terumbu karang terdiri dari kumpulan
kecil karang-karang dan jenis-jenis biota lain yang berasosiasi dengannya, sedangkan yang lain dapat berupa struktur raksasa dengan lebar
berkilo-kilo meter.
Walaupun karang dapat mendominasi zona terumbu karang tertentu, lamun dan organisme lainnya juga merupakan komponen yang
penting dalam struktur terumbu karang. Gangguan badai, penambahan unsur hara, dan peningkatan sedimentasi dapat menyebabkan zona
dominasi karang yang alami berubah menjadi alga. Jika alga mengganti bekas zona karang, hal ini merupakan tanda bahwa terumbu karang
tersebut tidak sehat. Terumbu karang yang sehat merupakan tempat yang paling beragam dari semua ekosistem laut yang telah dikenal,
dengan susunan bentuk kehidupan yang lebih besar dibandingkan dengan ekosistem lainnya di bumi.

darat maupun laut. Tekanan-tekanan ini mengancam terumbu
karang, dan akan berdampak nyata terhadap perekonomian bila
terumbu karang tersebut hilang.
Ancaman yang paling umum terhadap terumbu karang
di Asia Tenggara adalah eksploitasi berlebihan. Pertumbuhan
penduduk yang cepat telah meningkatkan tekanan penangkapan
dengan pesat, di seluruh wilayah. Karena umumnya para
nelayan tidak mempunyai mata pencaharian lain, mereka tidak
tergerak untuk meninggalkan industri ini atau mengurangi
tekanan penangkapan. Bahkan, keuntungan besar yang
diperoleh dari perdagangan ikan konsumsi hidup dan ikan hias
telah menyebabkan penangkapan berlebih oleh kapal lokal dan
asing dan memicu terjadinya teknik penangkapan ikan yang
merusak. Praktek pengeboman dan penggunaan racun, tidak
hanya merusak sumberdaya masa depan perikanan, tetapi hal
ini juga merusak seluruh ekosistem. Bahkan, tanpa adanya
metode penangkapan yang merusak ini, tingkat penangkapan
di banyak area sudah berlebihan. Jika penangkapan di Asia
Tenggara tidak dikurangi menuju tingkat yang lebih lestari,
baik terumbu karang dan persediaan makanan akan menjadi
rawan.
Tingkat pembangunan dan perubahan tata guna lahan yang
tinggi dalam 20 tahun ini juga merupakan ancaman utama bagi
terumbu karang di kawasan ini. Penebangan besar-besaran dan
pembuatan jalan, lapangan terbang, terowongan, pelabuhan,
dan fasilitas pariwisata, telah meningkatkan sedimen dan
masuknya unsur hara ke daerah pesisir. Meningkatnya sedimen
akan mematikan karang, dan tambahan unsur hara dapat menyebabkan karang ditumbuhi alga. Tantangan utama di
kawasan ini dalam beberapa tahun ke depan adalah membatasi
perkembangan pembangunan di area yang rawan secara ekologi,
sebelum terjadinya kerusakan yang lebih parah.
Salah satu ancaman yang paling sedikit dipahami adalah
pemutihan karang, yang merupakan respon terhadap tekanan
yang berhubungan dengan peningkatan suhu per mukaan laut
dan perubahan iklim global. Dengan beberapa pengukuran,
El NiƱo Southern Oscillation (ENSO) tahun 1997-1998
merupakan yang paling kuat yang pernah tercatat, yang
memicu pemutihan karang besar-besaran di seluruh Samudra
Pasifik dan Hindia.
Kerugian di dunia akibat peristiwa ini
diperkirakan antara 700 juta dolar AS hingga 8 milyar dolar
AS dalam kurun waktu 20 tahun.
Secara kumulatif, ancaman-ancaman dari eskploitasi
berlebihan, perubahan tata guna lahan, pencemaran, dan
pembangunan pesisir, bersama dengan efek perubahan iklim
global, memberi gambaran ketidakpastian masa depan terumbu
karang di Asia Tenggara. Walaupun sudah diketahui secara luas
bahwa terumbu karang sudah sangat terancam, informasi yang
berkenaan dengan ancaman-ancaman tertentu di area yang
spesifik, sangatlah terbatas. Hanya sedikit terumbu karang yang
sudah dipelajari, dan lebih sedikit lagi yang telah dimonitor
secara rutin dengan metode yang konsisten.Ditambah lagi
data-data ini jarang tergabung di pusat penyimpanan dimana
berkasnya dapat diakses secara luas.
Minimnya informasi menghambat efektivitas pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan sumberdaya pesisir. Proyek
Terumbu Karang yang Terancam di Asia Tenggara (TKTAT)
dirancang untuk mengatasi kekurangan informasi tersebut
melalui pengumpulan data dan peningkatan sejumlah upaya.
Pemahaman terhadap dua hal, yaitu aktivitas manusia yang
berdampak negatif serta terumbu karang mana yang akan
terancam oleh aktivitas tersebut, akan menjadi kunci dalam
upaya perencanaan dan konservasi. Tujuan proyek TKTAT,
adalah untuk meningkatkan kesadaran mengenai ancaman
terhadap terumbu karang dan menyediakan informasi yang
spesifik, serta perangkat pengelolaan pesisir yang lebih efektif
bagi para pengelola di Asia Tenggara.
MENGENAI PROYEK
Proyek TKTAT merupakan kelanjutan dari analisis Terumbu
Karang yang Terancam di Dunia yang telah selesai tahun 1998.
Analisis global menunjukkan Asia Tenggara merupakan wilayah
yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati tertinggi, sekaligus
tingkat ancaman terumbu karang terbesar. TKTAT dimulai
pada tahun 1999 dengan tujuan memilah data awal dan model
serta menyediakan suatu perangkat untuk menganalisis dampak
aktivitas manusia terhadap terumbu karang. Analisis baru ini
16 kali lebih rinci dibandingkan dengan studi global; serta
melakukan inovasi, seperti mempertimbangkan kerentanan
alam, efektivitas pengelolaan di daerah perlindungan, dan data
ekonomi. TKTAT diimplementasikan bekerjasama dengan
lebih dari 20 lembaga di kawasan Asia Tenggara.
Kerjasama selama dua tahun ini telah menghasilkan
kumpulan dan gabungan informasi yang lebih banyak daripada
yang dapat ditampilkan di laporan ini, yang merupakan
rangkuman proyek. Informasi selanjutnya dapat diperoleh
di www.wri.org/wri/reefsatrisk. Situs ini berisi informasi
tentang terumbu karang tertentu, pariwisata, pengelolaan,
keanekaragaman hayati, monitoring, dan lain-lain. Semua
data juga dapat diperoleh dari situs tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar