Senin, 21 November 2011

BAB 2. MENGESTIMASI ANCAMAN MANUSIA TERHADAP TERUMBU KARANG: INDEKS ANCAMAN T ERHADAP KARANG


Di seluruh Asia Tenggara kapasitas monitoring antara negara sangat bervariasi, yang
menyebabkan ketidaksetaraan informasi kondisi terumbu karang sehingga sering tidak
dapat diperbandingkan.
Model TKTAT bertujuan untuk membuat indikator-indikator
yang distandardisasi yang dapat meningkatkan kesadaran mengenai ancaman terhadap terumbu
karang, mengidentifikasi area yang paling terancam, serta menekankan hubungan antara aktivitas
manusia dan kondisi terumbu karang.

PRINSIP-PRINSIP
Model menghasilkan indikator tekanan manusia terhadap
terumbu karang yang dipetakan berdasarkan lima kategori:
pembangunan pesisir, penangkapan berlebih, penangkapan
yang merusak, pencemaran dari laut, serta sedimentasi dan
pencemaran dari darat. Pendekatan pembentukan model
melibatkan identifikasi sumber-sumber tekanan yang kemudian
dipetakan untuk setiap kategori ancaman. Peta yang sederhana
dapat terbentuk dari sumber tekanan yang tunggal, contohnya
populasi penduduk atau infrastruktur (kota, pelabuhan, dan
pengeboran minyak) hingga peta yang memiliki banyak
penampalan (tumpang tindih) dan rumit. Sebagai contoh
adalah peta yang menggambarkan sumber tekanan-sumber
tekanan yang berasal dari sungai. Bila sumber-sumber tekanan
ini sudah diseleksi, ketentuan model dikembangkan untuk
diterjemahkan ke dalam tingkat ancaman. Pedoman ini
melibatkan pengembangan ketentuan berdasar jarak dimana
tingkat ancaman menurun seiring bertambahnya jarak dari lokasi
pemicu tekanan. Tiap ancaman dari lima kategori dibangun
dengan mempertimbangkan masukan dari para ahli di kawasan
Asia Tenggara ini dan kemudian dibandingkan dengan dampak
terhadap terumbu karang yang teramati, ataupun dengan citra satelit. Proses ini berlaku sama untuk kelima kategori ancaman,
meski terdapat beberapa variasi. (Gambar 1 memperlihatkan
suatu garis besar kategori ancaman dan pemicu tekanan. (Lihat
www.wri.org/wri/reefsatrisk untuk metodologi model yang
lebih rinci).

Tekanan manusia terhadap terumbu karang dipengaruhi
oleh dua hal, yaitu bentang alam dan cara-cara pengelolaan.
Keduanya dimasukkan ke dalam model TKTAT. Bentang alam
(kedalaman, kelandaian pantai, daerah tangkapan air, dan
kisaran pasang surut yang mempengaruhi laju aliran air)
dipadukan ke dalam model untuk mengetahui kerentanan
terumbu karang terhadap pencemaran dan sedimentasi. Estimasi
ancaman dari pembangunan pesisir, pencemaran dari laut, serta
pencemaran dari darat dan sedimentasi, mempertimbangkan
pula kerentanan alami lokasi yang dikaji. Begitu pula dengan perkiraan ancaman penangkapan berlebih, penangkapan yang
merusak dan pembangunan pesisir, juga mempertimbangkan
efektivitas pengelolaan yang mengurangi ancaman. Perkiraan
ancaman dari kelima indikator ancaman yang telah disesuaikan
kemudian dikombinasikan untuk menciptakan peta gabungan
ancaman di wilayah—Indeks Terumbu Karang yang Terancam
(TKT).

Indeks ini dirancang untuk menandai area-area yang tidak memiliki pengelolaan yang baik, di mana kemungkinan kerusakan terumbu karang terjadi atau kemungkinan terjadi kerusakan di masa mendatang akibat aktivitas manusia yang terus berlangsung. Indeks yang dikombinasikan, menyediakan indikator tekanan manusia terhadap terumbu karang yang menjadi pedoman kondisi terumbu karang di kawasan Asia Tenggara

KETERBATASAN
Secara alami, prediksi dari model ini tidaklah sempurna. Model
TKTAT merupakan penyederhanaan aktivitas manusia dan
proses alam yang kompleks. Indikator ancaman mengukur
ancaman yang ada saat ini maupun yang berpotensi, yang
berhubungan dengan aktivitas manusia, dan bukan
menggambarkan kondisi terumbu karang sebenarnya. Terumbu
karang yang dikategorikan memiliki ancaman rendah tidak
selalu berarti dalam kondisi sehat. Kenyataannya, beberapa
ahli menyatakan bahwa semua terumbu karang di kawasan ini
telah terpengaruh oleh kegiatan manusia.
Tak dapat dielakkan,
model yang ada dapat memberikan ukuran ancaman lebih
rendah di beberapa area, dan sebaliknya lebih tinggi di area
lainnya. Model yang ada tidak memasukkan ancaman yang
berasal dari penangkapan berlebih untuk tujuan komersial
(termasuk penggunaan pukat harimau) serta aliran sedimen di
area dengan tangkapan air terbatas. Untuk itu, ukuran ancaman
yang dihasilkan dapat saja lebih rendah dari yang sebenarnya.
Karena faktor fisik dan pengelolaan penurunan tekanan tidak
teridentifikasi dalam model, maka terumbu karang yang alami
masuk dalam kategori terancam. Sebagai contoh, semua pusatpusat pariwisata atau penginapan dengan intensitas tekanan
yang berbeda, diberlakukan sama dalam model yang dibuat.
Gambaran mengenai kesehatan terumbu karang di Asia Tenggara luar biasa dinamis. Peta yang ditampilkan dalam
TKTAT hanya berupa gambar statis dari tekanan terhadap
terumbu karang. Kondisi terumbu karang secara individual
dapat berbeda dari yang tercantum dalam peta.

0 komentar:

Posting Komentar